MAKALAH ILMU DAKWAH
Hubungan Ilmu Dakwah Dengan Ilmu Bantu dan Ilmu Lainnya
Kata Pengantar
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat, karunia, dan kemampuan yang telah diberi olehNya
kelompok kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul Perkembangan
Teori Keilmuan Dakwah dan Hubungannya dengan Ilmu Bantu dengan baik dan tepat
pada waktunya. Penulisan makalah ini diperuntukkan dalam memenuhi tugas makalah
mata kuliah Ilmu Dakwah II.
Makalah yang telah penulis selesaikan tentunya memiliki banyak
keterbatasan, mulai dari informasi mendetail atau bahkan makna yang kurang
tepat.Namun berkat orang tua serta teman-teman yang memberikan dukungan moril
dan spiritual kelompok kami dapat menyelesaikannya dengan baik, maka itu saya
ucapkan terima kasih kepada mereka.
Kelompok kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, masih
banyak kekurangan di dalamnya.Penulis masih mengharapkan masukan, saran, serta kritik yang membangun agar makalah ini menjadi sebuah
sumber informasi yang valid, juga bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Jakarta, Maret 2013
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.................................................................................................... 1
B.
Tujuan................................................................................................................ 1
BAB II ISI
A.
Perkembangan Ilmu Dakwah............................................................................... 2
B.
Eksistensi dan Objek Studi Ilmu Dakwah.............................................................. 2
1.
Ontologi Ilmu Dakwah................................................................................... 3
2.
Epistimologi Ilmu Dakwah.............................................................................. 3
3.
Aksiologi Ilmu Dakwah.................................................................................. 4
C.
Hubungan Ilmu Dakwah dengan Ilmu Lain............................................................ 5
D.
Ilmu-ilmu Bantu Ilmu Dakwah.............................................................................. 6
1.
Ilmu Dakwah dan Ilmu-ilmu Agama Islam....................................................... 6
2.
Ilmu-ilmu Dakwah dengan Ilmu-ilmu Sosial Politik.......................................... 6
3.
Ilmu Dakwah dan Ilmu-ilmu Normatif dan
Metodologis.................................. 7
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan......................................................................................................... 8
Daftar Pustaka........................................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
”Dakwah
adalah fenomena sosial yang dirangsang keberadaannya oleh nash-nash agama
Islam. Fakta-fakta sosial tersebut dapat di kaji secara empiris terutama pada
aspek proses penyampaian dakwah serta internalisasi nilai agama bagi penerima
dakwah”, menurut Jalaludin Rahmat. Dakwah juga merupakan sebuah kegiatan
transfer ilmu yang telah dilakukan sejak dulu kala bahkan sebelum Rasulullah
ada. Dakwah menyampaikan ajaran keislaman yang benar, begitu tujuannya, namun
bisakah dakwah berjalan tanpa adanya ilmu bantu lainnya?
Dalam
kajian filsafat, ilmu haruslah memiliki tiga aspek yaitu, ontologi,
epistimologi, dan aksiologi.Begitu juga Ilmu Dakwah dapat dijelaskan dari tiga
aspek tersebut. Dari perkembangannya Ilmu Dakwah juga berhubungan dengan
ilmu-ilmu bantu lainnya atau bahkan dakwah menjadi satu dengan ilmu-ilmu
tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana Ilmu
Dakwah ditinjau dari segi filsafat, khususnya dari aspek ontologi,
epistimologi, dan aksiologi?Apa hubungan Ilmu Dakwah dengan ilmu bantu lainnya,
dan apakah hal tersebut berhubungan?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini ditujukan untuk
menggambarkan, menuntun serta memberikan penjelasan bagaimana perkembangan Ilmu
Dakwah, dan juga menjelaskan hubungan dari berbagai ilmu kepada Ilmu Dakwah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Ilmu Dakwah
Jalaluddin
Rahmat mengatakan bahwa ”dakwah adalah fenomena sosial yang
dirangsang keberadaannya oleh nash-nash agama Islam. Fakta-fakta sosial
tersebut dapat di kaji secara empiris terutama pada aspek proses penyampaian
dakwah serta internalisasi nilai agama bagi penerima dakwah”.[1]
Dakwah yang demikian
itu baik yang dilakukan secara perorangan atau kelompok ataupun lembaga yang di
lakukan dengan berbagai media atau pendek kata dakwah dengan segala
problematikanya adalah merupakan kenyataan sosial yang dapat di amati sehingga
merupakan pengetahuan.
Pengetahuan yang
dalam bahasa inggrisnya knowledge adalah gambaran atau kesan yang terdapat
dalam fikiran manusia tentang suatu hal baik mengenai sesuatu yang konkret
maupun abstrak sebagai hasil dari penangkapan beberapa inderanya.Pengetahuan
biasa adalah pengetahuan yang digunakan orang terutama untuk kehidupanya
sehari-hari tanpa disertai penyelidikan lebih lanjut dengan lebih intensif
tentang seluk beluk sebab dan akibatnya. Sedangkan pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan
yang tidak sekedar ilmu semata-mata, tetapi pengetahuan yang disertai dengan
penyelidikan yang mendalam sehingga dapat diyakini kebenaranya serta diketahui
apa sebabnya demikian, dan mengapa harus demikiam.[2]
Pengetahuan mengenai
dakwah seperti diterangkan diatas adalahmerupakan pengetahuan biasa karena
pengetahuan ini hanya sekedar tahu tentang dakwah tanpa adanya penyelidikan dan
analisis lebih lanjut.tentu saja untuk menjadikan ilmu dakeah menjadi sebuah
ilmu pengetahuan memerlukan persyaratan.
B.
Eksistensi dan Objek Studi Ilmu Dakwah
Setiap ilmu pengetahuan mempunyai objek
studi adapun syarat-syaratnya yakni:
Objektif,
telah memiliki objek studi dan diterangkan secara objektif
Universal,
merupakan pengetahuan dakwah yang telah diketahui kebenarannya secara umum oleh
masyarakat dan dapat terbuka dan teruji oleh setiap orang.
Metodik,
telah Menggunakan metode yang tepat dalam memahami objek studinya.
Sistematik,
pengetahuan dakwah itu telah tersusun secara menyeluruh yang bagian-bagiannya
memiliki kolerasi antara satu dengan yang lainnya.
Agar lebih
dapat memahami tingkat keilmuan ilmu dakwah sajuh ini perlu dianalisis denagn
tiga landasan, yaitu:
1.
Ontologi Ilmu Dakwah
Agar mencapai status
ilmiah yang sah setiap disiplin ilmu harus memiliki sifat yang rasional dan
teruji dalam wilayah publik ilmu dan pengetahuan untuk mendapatkan status
ontologis yang jelas dan di akui maka dari itu hakikat sebuah ilmu sangat
penting sebagai basis klasifakasi ilmu, ini menyatakan bahwa tingkat
kebenarannya adalah tingkat kebeneran ilmu dan bukan tingkat kebenaran agama,
perlu di bedakan bahwa wilayah kajian agama adalah persoalan metafisika yang
membutuhkan keyakinan dan tidak semua bisa di perdebatkan sedangkan wilayah
kajian ilmu memerlukan verifikasi sebelum di manfaatkan manusia.
Adapun Ilmu Dakwah adalah proses
membicarakan tentang aktifitas pengetahuan yang berasal dari Allah SWT lalu di
kembangkan umat islam dalam susunan sistematis dan terorganisir serta prosedur
ilmu dakwah sebagai metode ilmiah yang menjelaskan tentang pengetahuan
bagaimana mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada yang benar sesuai
dengan perintah Allah untuk kemaslahatan dan kebahagian mereka di dunia dan di
akhirat, sehingga produk Ilmu Dakwah sebagai pengetahuan sistematik menjadi media
yang terbuka bagi terlaksananya komunikasi mengajak dan memanggil umat manusia
kepada agama islam yang memberikan informasi mengenai amar ma’ruf nahi
mungkar agar dapat menggapai kebahagian di dunia dan akhirat, seperti
firman Allah yang artinya : “Ajaklah kepada jalan tuhanmu jalan hikmah
(bijaksana) dan dengan ajaran –ajaran yang baik sesungguhnya tuhanmu lebih
mengetahui orang-orang yang sesat dari jalannya dan lebih mengetahui siapa
orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. An-Nahl 125).
Pada hakikatnya ilmu
dakwah adalah ajaran yang berisi pesan dan pendidikan agama
islam untuk membangun dan mengembalikan manusia pada fitrahnya,
meluruskan tujuan manusia, meneguhkan fungsi manusia sebagai khalifah dan
pengemban risallah serta sebagai upaya manisfestasi darirahmatan lil’alamin
2.
Epistemologi Ilmu Dakwah
Berbicara tentang
teori pengetahuan ilmu dakwah meliputi pembahasan yang berkaitan dengan seluk
beluk pengatahuan Ilmu Dakwah mulai dari ma’rifat, asal-asul Ilmu Dakwah dan
landasan atau sumber, unsur-unsur serta metode membangun Ilmu Dakwah.
Sumber pengetahuan
ilmu dakwah di dapat dari Nash atau teks Al-Qur’an di jadikan acuan utama dan
sekaligus sebagai titik tolak keilmuan dakwah, selanjutnya teks hadist
menempati sumber kedua di ikuti realitas sosial dan humanitas yang
menyertainya, maka dari itu asal-usul segala ilmu dakwah hanya dari Allah dan
manusia menjadi perumus teori-teori menurut wahyu yang tertulis dalam Al-Qur’an
dan Al-Sunnah dan sunatullah ( hukum Allah yang berlaku pada alam
semesta ).
Adapun bagaimana ilmu
dakwah di peroleh menurut Muhammad ‘Abid Al-Jabiri cara memperoleh pengatahuan
ada tiga metode, pertamacara berpengetahuan bayani yang memiliki arti
secara bahasa penjelasan, pernyataan, ketetapan sedangkan sacara istilah
berarti pola pikir yang bersumber pada nash, ijma dan ijtihad yaitu menempatkan
teks (wahyu) sebagai suatu kebenaran yang mutlak sedangkan akal menempati
tingkat kedua dan sifatnya menjelaskan teks yang dalam dakwah islam adalah nash
Al-Qur’an khususnya yang merupakan sumber utama yang dijadikan sebagai tolak
ukur dan titik tolak dari seluruh kegiatan dakwah islam, yang keduacara
berpengetahuan irfanai secara bahasa berakar dari kata irfan yang berarti
al-ma’rifah, al-alim, al-hikmah, epeistemologi irfani berpangkal pada intuisi
yang merupakan perluasan dari pandangan iluminasi dan berakar pada tradisi
hermes dan cara irfani juga dapat dimengerti sebagai cara “empati” yang
memanfaatkan media zauq atau emotiif untuk memahami obyek dakwah sehingga
dengan cara ini dapat langsung merasakan persoalan-persoalan masyarakat, dan
yang ketiga cara berpengetahuan burhani secara bahasa berarti
argumentasi yang jelas dan menurut istilah logika bahwa untuk mengukur benar
atau tidaknya sesuatu dengan berdasarkan komponen kemampuan alamiyah manusia
berupa pengalaman dan akal tanpa dasar teks wahyu suci atau membangun
pengetahuan dan visinya atas dasar potensi bawaan manusia yaitu kemampuan
melakukan proses pengindraan, eksperimentasi dan konseptualisasi.
Dan teoritik metode, proses dan prosedur
keilmuan dakwah yaitu ijtihadiayah, istinbatiyah, qiyas dan abstraksi sehingga
keilmuan dakwah lebih bersifat dinamik yang menggunakan akal untuk membumikan
teks-teks yang menjadi sumber pengetahuan maka dalam konteks ilmu dakwah
membutuhkan ilmu-ilmu bantu seperti psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu
komunikasi, sejarah peradaban modern dan kontemporer serta filsafat karana ini
mempunyai andil besar dalam setaip kajian riset maupun literaturnya, dan untuk
membangun ilmu dakwah harus memiliki prinsip-prisip dasar ilmu dakwah yakni
analogi deduktif dan induktif, qiyas dan prinsip kausalitas artinya selain
menempatkan Al-Qur’an dan Hadist khususnya sebagai prinsip mutlak juga tidak
terlepas dari kenyataan yang melatari keterkaitan erat antara relasi data dan
fakta; sebab-akibat dan teks dengan konteks.
Dengan demikian dapat
dipahami bahwa eksistensi ilmu dakwah dalam islam berdasarkan intelek yang
mengarahkan rasio membentuk ilmu yang bertumpang pada kesadaran dan keimanan
terhadap Kekuasaan Allah inilah ilmu yang menjadi petunjuk (Hidayah) suatu ilmu
yang mengemban misi kesejahteraan hidup manusia dunia maupun akhirat.
3.
Aksiologi Ilmu Dakwah
Dalam konteks
keilmuan dakwah titik tolak aksiologis bertumpu pada upaya mengajak umat
manusia untuk sungguh-sungguh beriman kepada zat yang maha tinggi yaitu Allah
SWT, dalam aspek nilai inilah Ilmu Dakwah memiliki cita-cita masyarakat islami
maka kembali pada landasan aksiologi untuk menyampaikan kebenaran yang harus di
bahasakan dan di komunikasikan dengan prinsip-prinsip kebeneran yang berupa
kaidah konsistensi, koherensi dan korespondensi dapat di pakai sebagai
perangkat normatif nilai pengetahuan baik dakwah sebagai ilmu maupun sebagai
objek kajian ini menyatakan bahwa begitu tinggi nilai pengetahuan pada
kehidupan manusia yang mana dengan ilmu dan pengetahuannya manusia
menyingkapkan tabir yang menutupi kebenaran dakwah baik sumber normatif dari
Al-Qur’an dan hadist maupun historis yang di gali dari realitas sosial, budaya
dan agama seluruhnya perlu diaktualisasikan kedalam bentuk amal karena aspek
amaliah menempati posisi yang cukup dalam dakwah islam yang mana amal merupakan
kelanjutan dari bangunan visi yang disandarkan pada tauhid sebagai tolak ukur
dalam bertindak dengan demikian aktualisasi diri manusia muslim seseungguhnya
bersifat inheren terhadap visi ketauhidannya oleh karena itu unsur
kreatif-dinamis menjadi syarat mutlak bagi dikembangkannya nilai-nilai keilmuan
dakwah beserta aplikasi terapannya.
Kebenaran ilmu dakwah
maupun kebenaran dakwah sebagai objek kajian keilmuan pada dasarnya terlihat
konsistensi dan besifat khas maka dakwah senantiasa menuntut ketegasan tentang
kebenaran dari orang yang percaya atas kebenaran teologis tertentu apalagi
bermaksud menyampaikannya kepada orang lain maka harus ditunujukan secara
konsisten dalam menjalani ritual dengan Allah sebagai puncak kebenaran dan
sekaligus secara konsisten mengaktualisasikannya kedalam hubungan antar makhluk
secara harmonis, dari sudut empirik ada dua yang diyakaini sebagai nilai dakwah
:
a.
Nilai Kerisalahan dari aspek risalahan ini
dakwah dilihat sebagai penerus, penyamung, dan menjalankan fungsi dan tugas
rasul yaitu menyerukan kebenaran, kesadaran, kebebasan dan
keselamatan rakyat agar terhindar dari marabahaya dan mengajak mereka menuju
kehidupan yang berperadaban seperti di contohkan nabi maka seorang da’i
mengemban tugas yang sangat berat sebagai agen pembangunan yang berkewajiban
menyampaikan ajaran islam kepada umat manusia dan menjaga umat agar tidak
tergelincir dalam jurang bahaya
b.
Nilai Rahmat dalam dakwah yaitu ajaran islam
harus memberikan manfaat bagi kehidupan umat (petunjuk hati, obat spiritual,
mengantarkan hidup yang sejahtera lahir batin) atau “memberikan rahmat dalam
kehidupan umat” (Q.S. [21] : 107). Berkaitan fungsinya sebagai rahmat adalah
sejauh mana konsep-konsep dan teori-teori ilmu dakwah memberikan kontribusi
bagi kehidupan manusia.
C. Hubungan
Ilmu Dakwah dengan Ilmu Lain
Berbicara tentang
ilmu dakwah berarti harus memenuhi ketiga unsur tersebut. Aspek ontologi
berarti berbicara tentang apa ilmu dakwah itu, apa objek kajiannya, objek
materi dan objek formalnya. Hal ini, secara fundamental mempunyai banyak
kesamaannya dengan keilmuan komunikasi. Berdasarkan hal tersebut, dapat
dirumuskan bahwa ilmu dakwah adalah ilmu yang membahas cara berdakwah yang
dalam cara kerjanya, sebagaimana ilmu-ilmu lainnya, melibatkan dan meminjam
teori-teori ilmu serumpun.
Epistemologi dakwah
yaitu metodologi yang dipakai.Dilihat secara konvensional, dimana dakwah selama
ini berkembang, ternyata ilmu dakwah sudah ada cekal bakalnya semenjak masa
Rasulullah. Karena objek kajiannya adalah manusia, sama dengan komunikasi, maka
metodologinya digunakan metode ilmu komunikasi. Berbicara tentang aksiologi,
berarti membahas apa kegunaannya ilmu dakwah. Kegunaannya adalah untuk
pengembangan syiar agama Islam yang menyangkut seluruh kehidupan manusia.
Agak berbeda dengan
pendapat Selo Sumardjan yang masih meragukan keilmuan dakwah dalam satu sisi,
tetapi dalam aspek lain dakwah termasuk kelompok disiplin ilmu. Menurut Selo
Sumardjan dakwah merupakan suatu ilmu dalam pengertian ilmu-kepercayaan, namun
dalam pengertian ilmu pengetahuan (ilmu-intelektual) masih diperdebatkan dan
perlu bahasan yang lebih cermat .Lebih lanjut dijelaskannya, dakwah dapat saja
menjadi suatu ilmu, bila dakwah dapat diatur dan dilakukan secara
ilmiah.Artinya dakwah dalam bidang operasionalnya dapat mengikuti sistem yang
terbentuk di atas teori-teori suatu ilmu pengetahuan, yaitu khususnya ilmu komunikasi.
Ilmu komunikasi yang termasuk ke dalam kelompok ilmu-ilmu sosial adalah ilmu
yang mempelajari cara-cara penyampaian dan penyebaran serta penerimaan
informasi dalam arti yang luas, baik secara pribadi dengan pribadi, maupun
secara massal, juga cara menyampaikan informasi secara tatap muka dan dalam
jarak jauh.
Begitu juga
penjelasan Andi Faisal Bakti, bahwa dakwah dapat dikatakan sebagai suatu ilmu
apabila studi dakwah bisa empiris, antara lain; pertama, dengan cara
menggunakan ilmu komunikasi dalam melihat dakwah, kedua, dakwah dilihat sebagai
masalah yang bisa dideteksi: pelaku dakwah, institusi atau lembaga dakwah,
pelaksanaan dakwah, proses dakwah, dana dakwah (keuangan), interaksi dakwah,
evaluasi dan analisa dakwah, ketiga, bukan menyangkut hal transendental,
keimanan kepada yang “ghaib” (menurut pengertian umum). Kecenderungan dakwah
dikembangkan saat ini, bukan berdasarkan temuan-temuan empirik hasil pemikiran
dan studi/penelitian ilmiah.Ilmu dakwah yang dikembangkn lebih banyak melalui
kajian deduktif dan transendental yang diambil secara tekstual dari al-Quran
dan Hadis.Dalam hal ini, ilmu dakwah dikategorikan sebagai kajian normatif
belaka, sehingga tidak jelas objek formal dan materialnya.
Memperhatikan betapa
urgen dan sinkronnya antara ilmu dakwah dengan ilmu komunikasi, maka hal pula
menjadi fokus pengembangan Fakultas Dakwah pada Universitas Islam Negeri
Jakarta. Sebagai mana dikemukakan oleh Dekan Fakultas Dakwah UIN Jakarta, bahwa
pengembangannya terdapat pada setiap jurusan yang ada di FDK, yaitu Jurusan
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, di mana masing masing ilmu tersebut akan
membawahi beberapa program studi. Misalnya Ilmu dakwah akan membawahi Manajemen
Dakwah, Pengembangan Masyarakat Islam, dan Bimbingan Penyuluhan Islam,
sedangkan Ilmu komunikasi akan membawahi Program Studi Komunikasi Penyiaran
Islam dan Jurnalistik.
Di samping kontribusi
ilmu komunikasi bagi ilmu dakwah, juga yang diperlukan adalah bantuan
antropologi sebagai pijakan dakwah kultural. Hal ini akan bergerak pada strategi
dakwah kultural yaitu gerakan dakwah melalui pendekatan Islam-kultural. Salah
satu penyebab keberhasilan para Walisongo di Indonesia menyebarkan agama Islam
adalah melalui pendekatan antroposentris, sehingga akulturasi agama Islam
dengan budaya masyarakat dapat dikompromikan, walaupun memiliki beberapa
kelemahan.Strategi dakwah mengislamisasikan masyarakat ditandai dengan
diakomodasinya budaya-budaya masyarkatl yang berarti bukan hanya bersifat
teosentris.
D.
Ilmu-ilmu Bantu Ilmu Dakwah
Ilmu dakwah selalu
membutuhkan bantuan ilmu-ilmu lainnya di dalam memahami objek studi materi dan
objek studi formanya.
1.
Ilmu Dakwah dan Ilmu-ilmu Agama Islam
Ilmu dakwah memiliki
kaitan sangat erat dengan ilmu agama islam seperti Tafsir, Fikih, Perbandingan
agama, dan sebagainya. Hal ini akan semakin dapat diketahui hal-hal yang
berkaitan dengan dakwah baik dengan cara-cara dakwah, pengaruhnya terhadap
sikap dan tingkah laku seseorang, media-media dakwah dan masalah-masalah yang
lain yang termasuk objek forma ilmu dakwah.
Ilmu-ilmu agama juga
membutuhkan bantuan ilmu dakwah dalam menyampaikan dirinya kepada umat manusia.
Tanpa diterangkan dan disampikan kepada masyarakat, ilmu-ilmu agama tersebut
hanya merupakan suatu ide belaka yang tidak bisa terwujud dalam kenyataan serta
tidak diketahui orang lain.
2.
Ilmu-ilmu Dakwah dengan Ilmu-ilmu Sosial
Politiik
Ilmu-ilmu Sosial
menerangkan berbagai macam segi kehidupan individu dan sosial secara detail dan
terperinci. Ilmu ini dapat membantu ilmu dakwah dalam memahami masyarakat
tersebut, sebab penyampain ajaran Islam yang menjadi sarana ilmu dakwah sangat
komplek yang menyangkut segi struktur sosial, proses sosial, interaksi sosial,
dan perubahan sosial seperti yang dibahas dalam sosiologi; maupun tingkah laku
manusia sebagai pribadi sosial dan masalah-masalah kejiwaan lainnya seperti
yang dikaji dalm ilmu psikologi dn psikologi sosial.
3.
Ilmu Dakwah dan Ilmu-ilmu Normatif dan
Metodologis
Ilmu-ilmu normatif
adalah ilmu-ilmu yang membicarakan bagaimana seharusnya sesuatu itu, sebagai
kebalikan dari ilmu-ilmu positif yang membicarakan suatu menurut apa adanya.
Yang termasuk ilmu normatif adalah: ilmu penelitian (riset), ilmu logika, ilmu
bimbingan, dan penyuluhan, retorika, publisistik/komunikasi, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Ilmu
dakwah adalah ilmu yang membahas tentang bentuk-bentuk penyampaian ajaran
islam kepada seseorang atau sekelompok orang terutama mengenai bagaimana
seharusnya menarik perhatian manusia agar mereka menerima dan mengamalkan
ajaran secara kaffah.
Objek pengetahuan
manusia itu bermacam-macam ada yang kalanya, tentang dirinya, tentang
benda-benda di sekelilingnya, tentang alam raya ini, tentang
kehidupan manusia sehari-hari, tentang kegiatan keagamaan, dan
sebaginya.Pengetahuan itu dapat diperoleh dengan tidak sengaja.Pengetahuan itu
oleh Poedjawijadna dikatakan bisa berupa pengetahuan khusus dan berupa
pengetahuan umum.Sedangkan pengetahuan umum yang merupakan pengetahuan yang
berlaku bagi seluruh macam dan masing-masing dan macamnya.
Setiap ilmu
pengetahuan mempunyai objek studi, karena ia merupakan salah satu
pokok syarat ilmu pengetahuan, di samping syarat-syarat lain yakni
metodik, universal, dan sistematis. Sebagaimana dikatakan oleh Poedjawijadna
dalam bukunya; Tahu dan Pengalaman sebagai berikut; jika pengetahuan
hendak disebut sebagai ilmu, maka haruslah objektifitas, bermetodos universal,
dan sistematis.
Ilmu dakwah selalu
membutuhkan bantuan ilmu-ilmu lainnya di dalam memahami objek studi materi dan
objek studi formanya.
Sejarah perkembangan
ilmu dakwah tidak dapat dilepaskan dari sejarah dakwah itu sendiri.Sejauh ini
sejarah perkembangan ilmu dakwah belum pernah dibahas oleh literatur-literatur
ilmu dakwah.Karena ilmu dakwah tergolong kedalam ilmu yang masih baru.
Daftar Pustaka
Andi Dermawan, dkk. (ed). 2002. Metodologi
Ilmu Dakwah. Yogyakarta: Kurnia
Kalam Semesta
Poeradisastro.1981. Sumbangan
Islam kepada Ilmu dan Kebudayaan Modern. Jakarta: Giri Mukti Pusaka
Irma Fatimah (ed). 1992. Filsafat
Islam: kajian ontologis, epistimologis, aksiologis, histories, persfektif.
Yogyakarta: Lesfi
Fauzi, Nurullah. 1999. Dakwah-Dakwah Yang Paling Mudah. Jawa Timur: Putra Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar